Budaya  

Mengenal Suku Baduy, Sejarah, Agama dan Fakta Unik

Suku Baduy
Created by graparinews

Indonesia diwarnai berbagai suku bangsa yang beragam salah satunya suku Baduy. Suku Baduy merupakan penduduk asli yang mendiami Pegunungan Kendeng, Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten. Suku Baduy dikenal sebagai suku yang menolak modernisasi dan sangat menjaga warisan adat dan tanah leluhurnya.

Banyak fakta unik dan menarik mengenai suku Baduy, termasuk kehidupan mereka di hutan yang menolak perkembangan teknologi dan sulit didokumentasikan.

Artikel ini akan membahas mengenai suku baduy, Sejarah, agama dan fakta unik.

Sejarah Suku Baduy

Kata “Baduy” merupakan istilah dari para peneliti Belanda yang mengacu pada persamaan antara suku Baduy dengan kelompok Arab Badawi yang suka berimigrasi atau berpindah-pindah tempat.

Asal usul suku Baduy dikaitkan dengan Nabi Adam as sebagai nenek moyang pertama mereka meyakini Nabi Adam dan masyarakat Baduy mempunyai tugas asketisme atau mandita yang bertujuan menjaga keharmonisan dunia.

Selain itu, suku Baduy juga dikaitkan dengan keberadaan kerajaan Pajajaran pada abad 11-12 Masehi. Kerajaan Pajajaran menguasai wilayah Banten, Bogor, Priangan, dan Cirebon. Penguasa yang memerintah saat itu adalah Prabu Bramaiya Maisatandraman atau Prabu Siliwangi.

Kemudian pada abad ke 15 datanglah agama Islam yang dibawa oleh saudagar dari Gujarat dan Sunan Gunung Jati salah satu Wali Songo dari Cirebon. Kerajaan Pajajaran mulai mengalami kemunduran karena banyak penduduknya yang memeluk agama Islam.

Akhirnya sang raja, Senopati, dan para abdi dalemnya meninggalkan kerajaan dan memasuki hutan belantara di sebelah selatan, mengikuti aliran sungai ke hulu. Mereka meninggalkan asal usulnya, seperti yang tertuang dalam pantun upacara Baduy.

Keturunan mereka kini menjadi warga Kampung Cibeo, suku Baduy Dalam yang terkenal dengan baju sangsang putih hasil jahitan tangan, ikat kepala putih, dan sarung tenun rumahan berwarna biru tua. Baduy Dalam merupakan masyarakat yang masih memegang teguh prinsip hukum adat dan sangat memegang teguh kearifan lokalnya.

Sedangkan masyarakat Baduy Luar bermukim di Desa Cikadu, Kaduketuk, Kadukolot, Gajeboh dan Cisagu yang mengelilingi wilayah Baduy Dalam.

Perbedaan masyarakat Baduy Dalam dengan masyarakat Baduy Luar terlihat pada busana masyarakat Baduy Luar yang bercirikan pakaian serba hitam dan ikat kepala berwarna biru tua. Selain itu masyarakat Baduy Luar juga telah menyerap budaya modern seperti naik kendaraan dan bersekolah

Sejarah suku Baduy juga berkaitan dengan hal-hal seputar dewa-dewa. Suku Baduy meyakini bahwa mereka adalah keturunan Batara Cikal, salah satu dari tujuh dewa yang diutus ke bumi.

Agama yang Dianut Suku Baduy

Sama seperti kebanyakan suku lainnya, suku Baduy atau Kanekes menganut agama nenek moyang mereka. Mereka memuja kekuatan alam dan juga nenek moyang kuno mereka yang dikenal dengan ajaran Sunda Wiwitan.

Dalam ajaran Sunda Wiwitan terdapat tiga alam, dua diantaranya dihuni oleh manusia. Alam pertama disebut Buana Nyungcung, yaitu alam tempat bersemayamnya Sang Hyang Kersa. Alam yang kedua adalah Buana Panca Tengah, yaitu alam yang dihuni oleh manusia yang masih hidup. Terakhir adalah Buana Larang alias neraka, tempat orang jahat disiksa setelah meninggal.

Doa-doa agama Sunda Wiwitan dapat ditemukan pada kitab yang menjadi pedoman hidup mereka. Kitab ini dikenal dengan Kitab Sanghyang Siksa Kandang Karesian. Kitab Sanghyang Siksa Kandang memuat ajaran agama yang dianut oleh nenek moyang pada masa Kerajaan Sunda ratusan tahun yang lalu.

Sama seperti agama lainnya, masyarakat Baduy juga mempunyai kitab, tempat ibadah dan juga doa untuk dibaca. Untuk beribadah, masyarakat suku Baduy akan menuju ke Pamunjungan yang berada di daerah perbukitan. Di sana, mereka akan menyanyikan himne atau lagu lengkap dengan beberapa gerakan tari.

Fakta unik Suku Baduy

  • Bentuk Rumah Tidak Mencerminkan Status Sosial

Bentuk rumah adat di sini hampir sama tanpa memandang status sosial. Bedanya hanya furniturnya yang terbuat dari kuningan. Semakin banyak furnitur kuningan yang Anda miliki, semakin tinggi status keluarga Anda.

  • Bambu Pengganti Kacamata

Larangan lainnya adalah tidak menggunakan gelas dan piring sebagai tempat makan dan minum. Dengan kekayaan alamnya, mereka menggunakan bambu panjang sebagai pengganti kaca, yang menghasilkan aroma khas jika disiram air panas.

  • Tidak memakai alas kaki

Masyarakat Baduy juga dilarang menggunakan alas kaki baik sandal maupun sepatu. Aturan ini tetap berlaku meski mereka meninggalkan wilayah tempat tinggalnya.

Betapa tidak, berjalan kemana pun saja sudah melelahkan, apalagi tanpa sepatu. Jika kita melakukan hal yang dilakukan orang Baduy, kaki kita akan melepuh karena sulit menahan panasnya jalanan.

  • Suku Baduy Bebas dari Penjajahan

Suku Baduy merupakan salah satu suku yang belum pernah tersentuh kolonialisme. Pemandangan alamnya yang menantang menjadi sebuah keuntungan bagi masyarakatnya.

Sebagai suku yang bebas dari penjajahan, ada fakta unik tentang suku Baduy. Mereka mengelabui penjajah dengan membuat cerita tentang Suku Baduy Empat Puluh.

Dengan begitu mereka menyiarkan berita bahwa penduduk Baduy hanya berjumlah 40 orang, sehingga penjajah tidak tertarik untuk datang.

  • Dilarang menggunakan transportasi modern

Di desanya, masyarakat Baduy tidak ada yang mempunyai kendaraan dan kendaraan tidak boleh masuk. Sebaliknya, mereka mengandalkan kedua kakinya untuk kemana-mana.

Hal ini juga berlaku ketika masyarakat Baduy bepergian ke luar wilayahnya. Jika pernah bertemu dengan orang Baduy, mereka selalu terlihat berjalan menuju suatu tempat.

  • Dilarang Menggunakan barang elektronik

Sejak kecil mereka belum pernah mengenal barang elektronik. Jangankan memiliki kipas angin atau televisi di rumah, masyarakat Baduy juga mayoritas tidak menggunakan ponsel pintar.

Saat ini sebagian masyarakat Baduy luar negeri sudah mengenal barang-barang elektronik. Namun barang elektronik yang digunakan juga sangat terbatas.

Tinggalkan Balasan